Home » » Situasi Kehidupan Orang Pangean Dizaman Dahulu

Situasi Kehidupan Orang Pangean Dizaman Dahulu

            Kehidupan kelompok yang berdiam di Bukit Sangkar Puyuh pada zaman itu berada dalam kedaan yang sangat tidak menguntungkan bila dibandingkan dengan kebidupan sekarang, dan zaman itu dikenal dengan ZAMAN CANGKUK KELUANG. Dengan perlengkapan fisik yang kurang memadai mereka menghadapi alam linkungan yan gberbahaya, mereka berusaha mempertahankan hidup terhindar dari serangan yang diduga membahayakan diri dan keluarga, baik dalam bentuk serangan binatang buas maupun yang lainnya. Keadaan seperti ini menyebabkan mereka hidup berkelompok. Selain itu kelompok mereka menciptakan berbagai alat perkakas untuk mengatasi kekurangan kebutuhan hidup, seperti :
  • Alat Penangkap ikan
  • Alat penangkap burung
  • Alat pengadaan api
  • Alat pemanjat pohon (singgorik)
  • Dan alat lainnya dalam bentuk sederhana

            Selanjutnya berat pertumbuhan akal dan budaya, kehidupan mereka nampak mulai membaik walaupun masih sangat sederhana, namun lebih cerah dibandingkan dengan kehidupan masa sebelumnya. Kemampuan mempersiapkan makanan untuk hari esok dan lusa telah mulai tumbuh, hal ini terbukti dengan kegiatan usaha menanami pekarangan sekitar kediaman mereka dengan tanaman yang mungkin dapat mereka makan, begitu pula usaha memelihara ternak secara kecil – kecilan.
            Mereka belum mengenal agama karena memang dakwah agama belum sampai kepada mereka, sehingga persoalan halal – haram bagi mereka tidak mempunyai garis pemisah, apalagi kalimat Sorga dan Neraka belum tercantum dalam kamus kegiatan mereka. Program kehidupan mereka hanya mengembangkan keturunan, makan, minum serta terhindar dari bahaya lingkungan. Rasa sosial kemasyarakatan relatif belum mewarnai kehidupan mereka. Mereka masih primitif, usaha kegiatan memberi dan menerima dari dan kepada orang lain hanya bilamana suatu kegiatan mengharuskan untuk memberi /menerima ganti rugi atau jasa seperti kegiatan obat mengobat dan atau memberi/menerima ilmu gaib dan sejenisnya, maka pemberiannya itu hanya ala kadarnya.
            Dari hasil ciptaan tersebut diatas dalam kehidupan sehari – hari mereka telah pandai menggunakan api untuk memasak makanan dan penerangan dimalam hari. Api tersebut didapat dari gesekan dua buah batu yang ditaburi dengan rabuk, kemudian mereka pindahkan kekayu yang kering. Selanjutnya bila keperluan telah terpenuhi, maka kayu tadi ditimbun dengan tanah kecuali bagian yang ada apinya. Pekerjaan seperti ini disebut meunggun. Api yang diunggun ini dapat bertahan lama dan dapat dipergunakan bilamana perlu.
            Sebagai alat penerangan dimalam hari, mereka kumpulkan sejenis getah kayu yang membeku. Getah kayu ini disebut damar. Damar ini kemudian dibalut dengan lembaran daun Lipai (sejenis tumbuhan serabut), ujung balutan dibakar sampai menyala, sedangkan badan balutan dijepitkan pada jepitan khusus untuk standard pada lampu damar yang disebut Ketayo. Apabila nyala lampu damar mulai redup, maka bagian tempat api yang menyala itu dikorek – korek dengan kayu kecil untuk membuang sisa bakar yang mengganggu nyala api, sehingga api kembali menyala seperti semula. Pekerjaan seperti ini disebut menyugi.
            Selain itu mereka juga telah menggunakan alat penangkap ikan seperti : Tingkalak, Luka, Tangguk, Sakok, Garuguah, Lintoban, Rosok, Posok, Sumpirai, dan sebagianya yang masing masing terbuat dari bahan baku dilingkungan mereka sendiri. Alat pembawa ikan pulang kerumah disebut Keruntung, sedangkan alat untuk menghidupkan untuk hari esok disebut Sanggung . selain itu ada alat pembawa yang lebih besar dikenal dengan nama  Panggosir.
                Usaha penangkapan burung dan bunatang lain juga telah menjadi kebiasaan mereka. Mereka membuat Jerat Loting, Apik – apik, Umban, dan sebagainya. Hasil ciptaan mereka dizaman itu ternyata sampai sekarang masih dilanjutkan oleh masyarakat Pangean dewasa ini.
Jerat Musang Sistem tertanam
Musang atau binatang lain yang mengambil makanan dalam kandang jeratan yang siaga, lehernya akan terikat dan tergantung. Alarm (Gonto) akan berbunyi karena goncangan sebagai tanda bahwa ada binatang yang terkena jerat.
Lotengan terbuat dari sebatang bambu dan kandang jerat terbuat dari belahan bambu. Gonto tergantung puncak lotengan.
Tingkalak
Terbuat dari unak rotan untuk menangkap ikan. Menggunakan umpan. Ditaruh setengah terbenam.
Jerat tupai sistem gantung
Tupai ataupun tkus yang melintas diantara dua pohon melalaui langgahan akan terjepit dalam jereatan. Lotengannya terbuat dari batang bambu, bagian bawah berjarak satu meter dari permukaan tanah
Sumpirai
Terbuat dari bambu, rosam, dan rotan. Digunakan untuk menangkap ikan pada air yang mengalir. Terpasang dengan posisi tegak dan sebagian berada diatas permukaan air. Yang tergantung itu adalah keruntung yang terbuat dari bahan rumbai dan rotan, digunakan untuk mengumpulkan ikan dalam keadaan utuh sampai kerumah tempat tinggal.

0 comments:

Post a Comment

Sering Dibaca

Komentar

Arsip